Saturday, October 20, 2012

Belajar Hidup Bersih dari Negeri Kanguru

Belajar Hidup Bersih dari Negeri Kanguru

VIZA SUHANNA, guru bahasa Inggris SMPN 1 Krueng Sabee, Aceh Jaya, sedang kuliah S2 program Dual-Degree di Deakin University, melaporkan dari Melbourne

PERTAMA kali yang saya rasakan ketika sampai di Australia, terutama di Melbourne adalah tata kotanya yang teratur serta sistem pengelolaan sampah yang terencana, sehingga mampu mencipatakan lingkungan yang sehat dan memberikan harapan hidup yang tinggi bagi warganya. Atas dasar semua itu, saya tak heran jika tahun ini Australia dinobatkan oleh Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) yang berpusat di Paris sebagai “the world’s happiest nation” (bangsa yang paling bahagia di dunia) yang salah satunya adalah karena tingkat kebersihan dan kesehatannya yang tinggi.

Di Australia, penanggulangan sampah menjadi tanggung jawab setiap negara bagian. Ketika mengintip lebih jauh bagaimana Australia menjaga kebersihan, ternyata caranya sangat sederhana dan insya Allah dapat kita diterapkan di Aceh.

Pertama sekali, tong sampah yang sesuai standar harus disediakan di tempat-tempat strategis agar mudah untuk diakses. Tong sampah yang sesuai standar maksudnya adalah tempat sampah dengan kondisi yang baik dan tidak mudah rusak, sehingga aman dari gangguan binatang seperti kucing, anjing, atau kambing seperti di Indonesia. Sedangkan mudah diakses maksudnya mudah ditemukan dengan jumlah yang cukup. Sebab, salah satu alasan orang buang sampah sembarangan adalah karena sulit mencari tong sampah.

Kedua, tempat sampah untuk organik dan nonorganik disediakan terpisah. Hal ini untuk memudahkan sistem daur ulang agar lingkungann bersih dapat mudah tercipta. Biasanya dua tong sampah untuk fungsi yang berbeda ini selalu disediakan berdampingan. Tong dengan tulisan rubbish untuk sampah organik dan tong dangan tulisan recycle untuk sampah nonorganik seperti botol, kertas, dan plastik.

Ketiga, jadwal pengambilan sampah yang teratur dari rumah-rumah warga yang telah dibagi berdasarkan hari. Biasanya ada tiga macam tong sampah, yaitu untuk rubbish, recycle, dan hard rubbish, yaitu sampah-sampah organik dari tumbuh-tumbuhan, pohon, dan rumput. Yang unik, tong sampah rumah tangga tidak diletakkan di depan rumah, melainkan di dalam garasi atau di belakang rumah. Tong sampah baru dikeluarkan di depan rumah sesuai dengan hari pengambilan sampah yang telah ditentukan. Hal ini juga salah satu usaha untuk menghindari tangan-tangan jahil yang bisa mengobrak-abrik sampah atau angin yang menyebabkan sampah berserakan.

Keempat, tegas dalam pemberlakuan denda. Denda bagi si pembuang sampah sembarangan adalah AUD 375 (Rp3.750.000) dan untuk perusahaan AUD 750 (Rp7.050.000). Sementara denda membuang sampah ke tempat-tempat seperti tepian jalan, danau, ataupun hutan kecil (bush) adalah AUD 1500 (Rp15.000.000) untuk perorangan dan AUD 5000 (Rp50.000.000) untuk perusahaan.

Mengingat jumlahnya yang cukup besar, warga Australia lebih memilih untuk taat aturan daripada harus bayar denda. Terlebih lagi, banyak kamera tersedia di tempat umum yang dapat memantau 1 x 24 jam.

Yang terakhir, dan yang menurut saya ini yang paling penting, adalah kesadaran warga. Hal ini menjadi faktor utama penentu keberhasilan. Sebagus apa pun sistem yang diterapkan, akan tetapi jika tidak dijalankan dengan baik, sudah pasti nol besar hasilnya. Di Australia, kesadaran warganya cukup tinggi meski tidak ada papan peringatan “Dilarang buang sampah di sini!” seperti di Indonesia.

Bahkan selain di tempat-tempat umum yang tidak terdapat kamera, lingkungannya tetap bersih terjaga. Memang tidak semua warga Australia taat aturan dan punya kesadaran sama seperti halnya di Indonesia. Sebab, terkadang masih dapat saya temukan puntung-puntung rokok dan bungkusan makanan yang dibuang sembarangan. Tapi, tetap saja masih dalam skala kecil.

Menjaga kebersihan itu tidaklah sulit, akan tetapi memerlukan keterlibatan dari berbagai pihak. Dimulai dari diri sendiri, masyarakat, dan pemerintah kota dengan perencanaan sistem kebersihan dan pengelolaan sampah yang baik, di samping peraturan yang tegas untuk menunjang sistem kebersihan.

Insya Allah, faktor-faktor di atas bukan mustahil dapat mengatasi masalah kebersihan yang selama ini menjadi problema di kota-kota besar di Indonesia, termasuk Banda Aceh, ibu kota Provinsi Aceh.

* Bila Anda punya informasi menarik, kirimkan naskah dan fotonya serta identitas Anda ke email: redaksi@serambinews.com

0 comments:

Post a Comment

Copyright 2011 Pilkada Aceh - Template by Kautau Dot Com - Editor premium idwebstore