Sunday, August 19, 2012

Sebagian Warga Pidie Mulai Tinggalkan Tradisi Perang

Sebagian Warga Pidie Mulai Tinggalkan Tradisi Perang

Laporan Zainal Arifin M Nur | Pidie

 

SERAMBINEWS.COM, SIGLI - Warga yang bermukim di puluhan desa dalam kecamatan Delima, Mila, dan Indrajaya, mulai meninggalkan tradisi perang-perangan yang melibatkan meriam bambu dan bom karbit, pada malam hari Raya Idul Fitri. Seiring damai yang semakin bersemi di Aceh, sebagian besar warga di kawasan pedalaman Pidie ini, mulai menganggap perang-perangan ini sebagai kegiatan yang mubazir dan menimbulkan dampak tidak baik terhadap masyarakat sekitar, terutama bagi anak-anak kecil dan para orang tua.

 

"Alhamdulillah, kegiatan toet bude trieng (perang meriam bambu) dan karbit di malam Idul Fitri tahun ini sudah hilang total di Kemukiman Reubee, Bambong, Beuah (Kecamatan Delima), sebagian di Kecamatan Mila, dan sebagian di Kecamatan Indrajaya," ungkap Ketua DPP Gerakan Intelektual Se-Aceh (GISA), Tgk Mukhtar Syafari, melalui pesan singkat kepada Serambinews.com, malam tadi.

 

 

Bahkan, kata Mukhtar, di desa kelahirannya, Gampong Mesjid Reubee yang beberapa tahun lalu paling semarak dgn meriam-meriam karbitnya, tahun ini berganti dengan lantunan takbir. Para pemuda dan warga setermpat sangat antusias mengikuti pawai takbir keliling Kabupaten Pidie, dengan mengerahkan 10 armada roda 4. Setelah pawai selesai, mereka melanjutkan takbir di pentas yang telah dihias di depan masjid tuha.

 

Pawai Takbir keliling Pidie dilaksanakan oleh oleh Pengurus Besar Rabithah Muta'allimin Pidie Se-Aceh (PB RAMPI), bekerja sama dengan DPW Gerakan Intelektual Se-Aceh (GISA) Pidie, dengan dukungan penuh dari Pemerintah Kabupaten Pidie dan Pemerintah Aceh. "Pawai takbir berlangsung sangat semarak, lebih semarak dari tahun-tahun sebelumnya. Bahkan, kami baru saja bertemu dengan Bupati Pidie, Tgk Sarjani Abdullah, dan beliau menyatakan sangat senang serta menyatakan akan memberikan dukungan penuh terhadap kegiatan pawai takbir ini," ujarnya.

 

RAMPI, lanjut Mukhtar Syafari, sudah intens melaksanakan takbir keliling Pidie sejak tahun 2008. Mereka juga gencar menyuarakan agar warga menghindari kegiatan yang bersifat hura-hura di malam Idul Fitri, seperti membakar petasan, serta perang-perangan yang melibatkan meriam bambu dan bom karbit.

 

"Alhamdulillah perjuangan ini mulai membuahkan hasil, di mana warga yang bermukim di puluhan desa dalam tiga kecamatan yang selama ini dikenal sebagai pusat kegiatan perang meriam bambu, mulai meninggalkan kebiasaan itu dan menggantinya dengan kegiatan takbiran, baik ikut pawai bersama kami maupun membuat pentas di depan masjid atau meunasah. Bahkan di beberapa desa, mereka juga menggelar kenduri syukuran dengan memotong kambing," ujarnya.

 

Pernyataan Mukhtar ini diakui oleh beberapa tokoh masyarakat dan pemuda di Kemukiman Reubee, Kecamatan Delima. "Pada malam Idul Fitri tahun ini kita menyelenggarakan lomba takbiran tingkat kanak-kanak antar dusun, di halaman mushalla. Alhamdulillah, acara ini berlangsung semarak," ungkap Hafifuddin, tokoh masyarakat Gampong Tanjong Reubee, kepada Serambinews.com.

 

Ia menyebutkan, para peserta lomba takbiran ini umumnya berasal dari Lembaga Pendidikan Islam Hidayatullah desa setempat. Mereka dibagi kepada empat grup (A, B, C, dan D). Per grup terdiri dari 7 anggota. "Acara dibuka oleh Bapak Keuchik Syahril Hasan, dan ditutup oleh Sekdes Muzakir Ahmad," tambah Bukhari, tokoh muda setempat.(*)

0 comments:

Post a Comment

Copyright 2011 Pilkada Aceh - Template by Kautau Dot Com - Editor premium idwebstore