Monday, August 20, 2012

Kisah Pilu Anak Yatim dan Ironi Perang di Malam Lebaran

Kisah Pilu Anak Yatim dan Ironi Perang di Malam Lebaran

Laporan Zainal Arifin M Nur | Pidie

 

SERAMBINEWS.COM, SIGLI - Kisah pilu anak yatim menjelang Idul Fitri 1433 H, juga diceritakan oleh Fauziah pemilik toko pakaian di Pasar Garot. Kemarau panjang yang terjadi sejak hampir enam bulan lalu, membuat kondisi perekonomian warga terpuruk. Keadaan semakin memburuk saat beasiswa yang diharapkan para anak yatim untuk membeli baju lebaran, tidak kunjung cair.


“Seminggu menjelang lebaran, anak-anak yatim yang datang ke toko saya menangis meraung-raung meminta dibelikan baju lebaran. Karena kasihan, saya akhirnya mengutangkan baju baru kepada keluarga yatim yang saya kenal pasti,” ujar Fauziah, seperti dituturkan kembali oleh Ummi Aisyaturradhiah, pimpinan Balai Pengajian Ummi, Gampong Aree, Kecamatan Delima.

 

“Ada beberapa keluarga yang saya berikan utang, di antaranya dari Desa Keureumbok, Lhee Meunasah, dan Ceurih. Banyak juga yang tidak dapat saya kabulkan, karena selain tidak saya kenal juga saya tidak dapat memastikan apakah mereka benar-benar yatim atau bukan. Tapi saat melihat mereka menangis hati saya terenyuh juga,” ujarnya.

 

Ironisnya, pada saat yang sama, warga di sejumlah desa dalam Kecamatan Delima, Indrajaya, dan kawasan pedalaman Pidie lainnya, menghabiskan uang hingga puluhan juta rupiah, untuk kegiatan perang yang melibatkan meriam bambu, bom karbit, dan petasan, pada malam kedua Idul Fitri 1433 H.

 

“Informasinya, dana yang dihabiskan mencapai hingga puluhan juta rupiah. Pengeluaran paling besar untuk membeli petasan dan kembang api ukuran besar yang harganya mencapai jutaan rupiah per unit,” ungkap seorang warga Gampong Aree.

 

Sebelumnya diberitakan, bea siswa anak yatim sebesar Rp 1,8 juta per tahun untuk 123.354 penerima, sampai pertengahan Agustus lalu belum juga cair. Padahal semestinya, dana bantuan pendidikan tersebut sudah bisa dimanfaatkan menjelang tahun ajaran baru, Juli 2012 kemarin.

 

Kepala Dinas Pendidikan Aceh, Drs Bakhtiar Ishak, membenarkannya. Bahkan menurutnya, selain beasiswa anak yatim, bantuan tunjangan kesejehteraan guru sebesar Rp 157 miliar dan dana bantuan operasi sekolah SMA,SMK dan MA  sebesar Rp 86,87 miliar juga belum disalurkan.

 

Hal ini lanjutnya, terjadi karena terbentur Permendagri yang baru yang mewajibkan penerima dana hibah dari APBD harus membuat kesepakatan dan proposal penggunaan dana. Ia khawatir, kalau pemberian bantuan dana hibah kepada anak yatim itu harus diwajibkan membuat proposal, maka program penyaluran beasiswa bisa-bisa tidak tersalurkan seluruhnya.(*)


0 comments:

Post a Comment

Copyright 2011 Pilkada Aceh - Template by Kautau Dot Com - Editor premium idwebstore